KONTAN.CO.ID - Kuliner berbasis sambal punya banyak penggemar. Meski seringkali hanya menjadi pelengkap sebuah sajian, banyak orang tak bisa melewatkan keberadaan sambal saat bersantap. Meski bisa membuat lidah terasa terbakar hingga badan berkeringat, sambal bisa menggugah selera dan membuat ketagihan.
Sajian berbasis sambal inilah yang beberapa tahun terakhir ini menjadi primadona para pebisnis kuliner. Mereka berlomba-lomba membuka kedai hingga restoran dengan sambal sebagai daya tarik utamanya. Bahkan, ada juga sebuah kedai yang ramai pengundung hanya karena rasa sambal yang sedap. Lainnya, mereka menyajikan sejumlah level kepedasan sesuai keinginan pemburu kuliner.
Salah satunya adalah Sambal Karmila. Kedai ini menawarkan 12 jenis sambal geledek dengan berbagai citarasa. Ambil contoh, sambal merah domba membara, sambal rica-rica dan sambal terasi khas pedesaan.
Jelita Pramesti, Media Relation CRP Group, perusahaan yang membawahi Sambal Karmila, mengatakan, bila bisnis kuliner berbasis sambal tetap bertahan pada tahun-tahun mendatang. Sebab, sambal sudah dikenal oleh masyarakat dan disukai.
Tidak hanya orang tua dan remaja, kini anak-anak pun mulai mencolek sambal. Lagipula, kebiasaan orang tua yang mengkonsumsi sambal saban hari di rumah dapat tertular pada anak mereka.
Hal ini cukup menguntungkan bagi pemilik usaha karena mereka tidak perlu melakukan edukasi pasar. "Orang Indonesia sudah cukup teredukasi dengan sambal bila mereka penasaran mereka akan cari tahu sendiri," katanya pada KONTAN, Selasa (27/).
Sambal pada Sambal Karmila dibanderol harga terpisah dari sajian utamanya. Harganya mulai Rp 3.500 sampai Rp 4.000 per porsi. Sedangkan, lauk utamanya, yakni ayam dan bebek dipatok mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 30.000 per porsi.
Senada, Widyatmoyo, Kepala Humas Warung Spesial Sambal (SS) juga mengatakan kalau kuliner bersambal ini bukan sekedar tren. Prospek kuliner jenis ini tetap menjanjikan lantaran jumlah penikmat sambal di dalam negeri sangat besar.
Asal tahu saja, dalam sehari kebutuhan cabai Warung SS hampir 1 ton. Untuk memenuhinya, mereka menjalin kerjasama dengan kelompok petani yang berada di Magelang, Jawa Tengah.
Menyasar segmen konsumen kelas menengah, Warung SS mematok harga sambal Rp 3.500 sampai Rp 35.000 per porsi. Khusus untuk sambalnya ada 33 macam pilihan beberapa diantaranya sambel mangga, sambel belut, dan lainnya.
Warung SS mulai beroperasi sejak 2012 silam di Yogyakarta. Berawal dari konsep warung tenda, kini total gerainya ada 81 gerai yang tersebar di 41 kota seperti di Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, dan Tangerang.
Editor: Johana K.
0 Response to "Bukan sekadar tren, bisnis kuliner berbasis sambal tetap menyengat"
Posting Komentar