KONTAN.CO.ID - Siang itu, warga Kampung Kaleng, Desa Sukahati nampak sibuk menggarap aneka produk kalengnya. Biasanya, kesibukan perajin dimulai pada pukul 08.00 pagi hingga sore hari.
Namun, jam kerja para perajin tak pasti. Kalau sedang banyak pesanan, mereka bisa produksi hingga tengah malam. Di saat normal, sore hari biasanya warga sudah menutup ruang kerjanya.
Salah satu perajinnya adalah Aminnudin. Ia memproduksi aneka bentuk dan ukuran loyang. Harga aneka loyang buatan Amin mulai Rp 15.000-Rp 35.000 per satu set yang berisi dua hingga tujuh loyang.
Tiap kampung di Desa Sukahati punya produk unggulannya sendiri. Amin bilang, ada tiga kampung yang memproduksi produk kaleng di Desa Sukahati, yakni Kampung Nagrog, Kampung Lengok dan Kampung Seuseupan. "Khusus di kampung Seuseupan ini produksinya loyang. Jadi penduduk di kampung ini hampir tiap rumah bikin loyang seperti saya," katanya.
Senada dengan Amin, Dadang Hendrawan, perajin kaleng lain di sentra ini juga mengatakan jika di kampungnya khusus memproduksi kaleng kerupuk, dandang dan aneka perkakas dapur. "Di Kampung Nagrog ini kebanyakan bikin dandang sebenarnya. Saya saja yang coba-coba bikin kaleng kerupuk, panci, loyang dan cetakan juga, biar ada variasi produk," terangnya.
Dadang bilang ada beberapa perajin di Jampung Nagrog yang dulunya juga memproduksi ember kaleng. Namun, kini jumlahnya sudah berkurang karena permintaan ember kaleng sepi. Perajin pun banting stir memproduksi barang lain. "Ember kaleng dulu banyak, sekarang sudah hampir punah, karena sudah tidak laku. Orang-orang lebih pilih ember plastik. Sama dengan dandang ini juga sebenarnya peminatnya juga sudah berkurang," ujar Dadang.
Kondisi inilah yang menyebabkan dirinya membuat produk kaleng lain yang masih banyak peminatnya di masyarakat. Dadang mengatakan jika dirinya tidak kreatif membuat produk kaleng lain, mungkin rumah produksinya tidak akan bertahan sampai sekarang.
Tak dipungkiri jika turunnya permintaan ember kaleng dan dandang membuat beberapa perajin kaleng di Kampung Nagrog, Desa Sukahati gulung tikar. "Dulu mah di sini banyak yang bikin dandang, ada 20-an perajin. Sekarang mah sudah tinggal hitungan jari termasuk saya. Karena barang kaleng begini yang paling laku tinggal yang alat-alat dapur dan bikin kue aja," jelasnya.
Keluhan Dadang juga dirasakan oleh Muhammad Abbas, perajin kaleng di Kampung Nagrog yang sampai saat ini masih setia membuat dandang. Kian sepinya peminat dandang kaleng, ia pun sempat vakum selama tiga tahun. Sejak awal tahun 2018 penjualan dandang buatan Abbas makin menurun.
"Biasanya dulu seminggu stoknya bisa habis. Sekarang ini mah sampai tiga minggu masih banyak. Saya bikin dandang juga buat mengisi waktu luang, daripada menganggur, lumayan ada kegiatan," kata Abbas. Permintaan dandang kaleng menurun sejak masyarakat banyak memakai kompor gas dan magic com.
(Bersambung)
Editor: Johana K.
0 Response to "Ayo pesan kaleng kerupuk ke perajin Sukahati (2)"
Posting Komentar